Belajar
menabung merupakan hal yang harus dibiasakan dari kecil. Kebiasaan ini bisa
dimulai dengan membiasakan membaca cerpen tentang menabung.
Cerpen
tentang menabung dapat membantu pembaca mengetahui bagaimana pentingnya
kebiasaan menabung melalui konsep cerita.
Tentu
dengan adanya cerpen tentang menabung ini diharapkan banyak orang yang akhirnya
mau membiasakan diri menabung.
Berikut
adalah cerpen tentang menabung yang dapat membantu anda memahami konsep menabung.
Hari
itu, cuaca sangat panas. Aku pun berinisiatif untuk mampir ke rumah temanku
yang bernama Hendra.
Hendra
merupakan kawanku sejak masih duduk di sekolah dasar. Namun karena keterbatasan
orang tuanya, Hendra pun tidak melanjutkan sekolahnya.
Setiap
hari ia membantu ayahnya mencari sampah yang bisa dijual kembali. Semua uang
yang ia dapatkan ia tabung untuk berobat ibunya yang sedang sakit.
Ketika
aku mampir ke rumahnya. Hendra menyambutku dengan sangat senang. Ia pun
bertanya bagaimana sekolahku dan pelajaran seperti apayang aku dapat.
Dengan
sangat semangat aku pun menceritakan segala hal yang aku dapatkan di sekolah.
Sampai
akhirnya terdengar suara ibunya yang batuk. Hendra pun bergegas menuju kamar
ibunya dengan membawa segelas air minum.
“Bagaimana
ibumu Hendra? Apakah baik-baik saja?” tanyaku yang ikut menghampiri ibu Hendra.
“Seperti
yang kau lihat Akbar. Masih sama saja. Aku belum memiliki uang yang cukup untuk
membawa ibuku ke rumah sakit yang penanganannya lebih bagus.”
Aku
pun terdiam mendengar perkataan Hendra. Pasti kehidupan mereka tidak mudah
untuk dijalani. Namun, mereka berusaha saling menguatkan untuk melanjutkan
hidup.
Aku
pun diajak Hendra masuk ke kamarnya. Hendra ingin aku bercerita lebih lanjut
mengenai kegiatan di sekolahnya.
Beberapa
saat setelah masuk ke kamar Hendra, aku sangat tercengang. Hendra memiliki
lemari yang berisikan banyak sekali celengan.
“Akbar,
kamu ini kenapa? Seperti melihat setan saja.”
“Hendra,
ini semua celengan milikmu?” tanyaku yang masih tercengang.
“Ya
kamu pikir uangku, ku buang kemana? Habis dilahap celengan-celengan itu.”
Aku
mulai membaca setiap tulisan yang ada dalam tiap celengan. Ada tabungan untuk
berobat ibu, tabungan membeli telepon genggam, tabungan untuk sekolah dan masih
lain-lain.
“Kamu
benar-benar percaya kalo nabung itu bisa buat untung? Bukankah kau saat ini
sedang kesulitan? Kenapa harus menabung?” tanyaku
“Ya
meskipun aku tidak sekolah, aku paham mana yang baik mana yang buruk Akbar.
Kunci dari menabung itu sabar. Meskipun sekarang masih sedikit, suatu saat
pasti banyak.”
“Apa
kamu tidak rugi Hendra? Kenapa tidak digunakan saja untuk membeli kebutuhanmu
yang saat ini?”
“Itu
sudah ada sendiri Akbar. Aku memang sengaja menyisihkannya. Contoh uang berobat
ibu. Jika aku tidak memiliki uang aku bisa menggunakan itu.”
“Kalau seluruh uangmu itu habis untuk berobat ibumu?
Bagaimana Hendra?”
“Iya
tidak apa-apa justru itu niat utamaku. Paling tidak, ada uang yang bisa dipakai
meskipun itu uang untuk aku melanjutkan sekolah.”
Aku
pun terdiam dan memandangi Hendra. Aku sadar bahwa suatu saat Hendra akan
menjadi orang yang sukses.
Sebagai
teman aku harus banyak belajar dari seorang Hendra. Selain rajin menabung, ia
juga tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha.
Aku
sangat tertampar melihat Hendra yang sangat-sangat antusias dalam menggapai
sesuatu. Meskipun belum jelas akan berakhir seperti apa.
Hendra
terus berusaha semaksimal mungkin agar apa yang ia impikan tercapai.
Terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk berkomentar.
EmoticonEmoticon